Botol Air Panas

7/23/2006
Pada suatu malam di Afrika Tengah, aku bekerja keras membantu seorang ibu melahirkan bayinya. Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, jiwa ibu itu tidak tertolong lagi. Selain bayinya yang lahir prematur, ibu itumempunyai seorang anak perempuan lainnya yang berusia 2 tahun. Gadis kecil itu terus menerus menangis.Kami mengalami kesulitan berusaha menjaga agar bayi itu tetap hidup. Tidak ada listrik untuk menjalankan inkubator dan tidak ada makanan khusus untuk bayi. Walaupun pemukiman kami berada di jalur katulistiwa, pada malam hari udara sangat dingin dan anginnya bisa membahayakan.Seorang mahasiswi kebidanan pergi untuk mengambil kotak bayi yang tersedia, beserta selimut dari kain katun untuk membungkus bayi. Seorang lagimenyalakan api unggun dan mengisi botol yang terbuat dari karet dengan air panas. Selang beberapa saat, dia kembali sambil memberitahukan bahwabotolnya pecah ketika sedang diisi. Karet memang mudah rusak di daerahtropis. "Dan itu adalah botol kita yang terakhir!" keluhnya.Sebagaimana pepatah mengatakan nasi sudah menjadi bubur, demikianlah tidak ada gunanya meratapi botol karet yang sudah pecah. Botol karet tidak tumbuh di pohon dan tidak ada toko obat di tengah hutan.
"Baiklah. Baringkanlah bayi ini sedekat mungkin dengan api unggun, tetapi masih dalam jarak yang aman. Berbaringlah di antara bayi dan pintu untuk menghambat masuknyaangin. Tugasmu adalah menjaga agar bayi itu tetap hangat."Keesokan harinya seperti biasa aku berdoa bersama-sama dengan anak-anakyatim piatu, yang senang bergabung denganku. Aku menyarankan beberapa hal yang harus didoakan dan menceritakan tentang bayi kecil itu. Aku jugamenjelaskan tentang masalah kami dan pecahnya botol karet. Jika terkenaangin dingin, bayi itu bisa meninggal. Aku juga menjelaskan tentang gadis kecil yang terus menerus menangis karena kehilangan ibunya.Ruth--10 tahun-- berdoa dengan cara khas anak-anak Afrika, yaituberterus-terang tanpa tedeng aling-aling, "Tuhan, tolonglah kirimkan botol karet untuk air panas. Besok sudah terlambat, bayi itu tidak akan tertolong lagi. Jadi tolong kirimkan botol itu sore hari ini juga." Sementara saya masih terperanjat dengan keberanian doanya itu, Ruth menambahkan lagi, "Oh ya, satu lagi Tuhan. Tolong kirimkan juga boneka untuk gadis kecil itu,supaya dia juga tahu bahwa Engkau sayang padanya!".
Sebagaimana sering terjadi dengan doa anak-anak, aku merasa tersudut.Rasanya aku tidak sanggup dengan sejujurnya setuju dengan permohonantersebut. Sebab aku tidak yakin jika Tuhan bisa mengabulkannya. Tentu saja aku tahu bahwa tidak ada yang mustahil bagiNYA, Alkitab memangmengatakannya demikian. Tetapi tentu ada batas-batasnya, bukankah begitu?Satu-satunya cara Tuhan bisa menjawab doa ini adalah dengan mengirimkanpaket dari kampung halamanku. Hampir empat tahun lamanya aku berada diAfrika, dan tak pernah ada kiriman paket dari rumah. Lagipula, seandainya ada yang mengirimkan paket mana mungkin mereka mengirim botol karet untuk air panas? Aku tinggal di daerah katulistiwa!Menjelang sore hari, selagi aku mengajar pelatihan perawat di sekolah,datanglah pesan bahwa ada mobil di depan rumahku. Sesampainya di rumah,mobil itu sudah pergi tetapi di serambi terdapat sebuah paket yang beratnya sekitar 10 kg.
Airmataku mulai merebak.Aku tidak bisa membuka paket itu sendirian, maka aku memanggil anak-anak.Dengan hati-hati kami membuka tali dan melipat kertas pembungkusnya, agar jangan sobek. Kegembiraan memuncak, sekitar 30 atau 40 pasang mata terpaku pada paket besar itu.Dari bagian atas kukeluarkan baju kaos rajutan yang berwarna-warni. Mata anak-anak itu berbinar-binar sewaktu aku membagi-bagikannya kepada mereka.Lalu ada perban untuk penderita kusta dan anak-anak mulai terlihat bosan.Berikutnya ada sekantong kismis dan sultana --bisa dicampur dengan adonan roti untuk akhir pekan.Ketika aku memasukkan tangnku ke dalam kardus itu lagi, akumerasakan....mungkinkah? Aku menahan nafas sambil menarik barang itukeluar. Yes! Botol karet untuk air panas! Aku menangis. Aku tidakmemintanya dari Tuhan, aku tidak sepenuhnya percaya bahwa Dia bisamengabulkannya. Ruth yang berdiri di barisan depan dengan tergesa-gesamendekat sambil berseru, "Jika Tuhan mengirim botol, Dia pasti mengirimbonekanya juga!"Mencari-cari di dasar kardus, dia menemukan sebuah boneka berpakaiancantik. Mata Ruth bersinar. Dia tak pernah ragu, sambil menatapku diabertanya, "Bolehkah aku ikut untuk memberikan boneka ini kepada gadis kecil itu, supaya dia tahu bahwa Yesus memang sayang padanya?"
Paket itu dikirim sekitar lima bulan sebelumnya oleh teman-teman sekolah Mingguku. Pemimpinnya mendengar dan mematuhi dorongan Tuhan untukmengirimkan sebuah botol karet untuk air panas, walaupun ke daerahkatulistiwa. Seorang murid memutuskan untuk menyumbangkan sebuah bonekauntuk anak Afrika. Lima bulan sebelumnya, sebagai jawaban dari doa yangpenuh dengan kepercayaan dari seorang anak berumur 10 tahun untuk dikirim "sore hari itu!"
"Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya." (Yesaya 65:24).
 
posted by Unknown at 10:16 PM, | 0 comments